Kami hidup di tanah subur ini, tapi tak bisa menghasilkan apapun,
Kami hidup di tanah yang kaya akan segalanya, tapi tak bisa menjadi makmur,
Kami sejatinya adalah manusia pribumi, tapi bagaikan binatang ternak milik negeri,
Kami yang bekerja keras, tapi mereka yang menikmatinya,
Kami yang katanya merdeka, tapi kenyataannya terinjak-injak.
Pembangunan yang merata, itu kata mereka, kata para pendusta yang memberikan janjinya saat pesta rakyat, tapi kenyataannya mana? mana pembangunan itu? Nyatanya hanya kota besar saja yang mendapat pembangunan. desa kami bagaimana? tempat kami beradu nasib ini tertinggal jauh dari kota-kota yang katanya memiliki kehidupan yang makmur.
Lantas kami bersuara, "LUPAKAN SAJA KAMI, BIARKAN SAJA TANGISAN KAMI, BIARKAN SAJA ANAK CUCU KAMI MATI KELAPARAN, URUS SAJA URUSAN KALIAN !!!" itu teriakan kami kepada para bedebah kotor yang menggerogoti negeri ini, negeri yang kami cintai.
Negeriku sayang, mengapa engkau harus jatuh ke tangan para biadab itu, mengapa engakau harus di jual ke tangan para INVESTOR ASING? kenapa kau direbut dari tangan kami para pribumi? wahai para pemegang tahta, dengarkan suara kami, lihat tangisan kami ini atas duka yang melanda negeri ini. apakah manusia pribumi sudah tak mampu lagi membangun negeri ini? apakah manusia pribumi sudah tak mampu lagi menjaga sang ibu pertiwi? sehingga kalian menjual ibu pertiwi kami ke tangan para makhluk asing itu. apa yang kalian fikirkan bedebah? tak cukupkah harta yang kalian peroleh? mana janji kalian dulu? janji untuk melindungi negeri ini.
Kami kaang tertawa melihat kebodohan kaian dalam mengambil keputusan, tetapi di balik itu kami meneteskan air mata untuk negeri ini.
apakah negeri ini sudah menjadi negeri para bedebah?
tidak kawan, masih banyak dari kami yang memikirkan kejayaan negeri ini.
0 comments:
Post a Comment